Pemeriksaan Bahan Baku dan Halal Tourisme, Dua Potensi Kekuatan Industri Halal di Indonesia

    Pemeriksaan Bahan Baku dan Halal Tourisme, Dua Potensi Kekuatan Industri Halal di Indonesia
    Pembahasan materi bersama beberapa narasumber pada acara ‘One Day Seminar’ (Foto: Istimewa)

    SURABAYA – Salah satu rangkaian acara dalam ‘One Day Seminar: Ekspose Riset Bidang Halal’ adalah pemaparan materi dari berbagai narasumber. Seminar yang membedah dua topik besar ini dilangsungkan secara hybrid pada Rabu (13/07/2022) di Aula Fadjar Notonegoro, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR dan Zoom Meetings.

    Topik pertama adalah “Bahan Baku Alternatif dalam Industri Halal” yang membahas dampak urgensi impor bahan baku produk konsumsi masyarakat. Hadir sebagai pemateri kedua, Dekan Fakultas Kedokteran Gigi UNAIR, Dr drg Agung Sosiawan M Kes, membawa tema bertajuk ‘The use of Displacement Loop mtDNA in Halal Forensic Investigation in Indonesia’.

    “Jika membicarakan pemeriksaan halal forensik dari DNA pada hewan ternak, biasanya menggunakan DNA, bahan spesifik pada makhluk hidup yang menjadi pembeda antarmakhluk hidup satu dengan yang lain, yang ada di mitokondria karena jumlahnya sangat besar, ” papar Dr Agung.

    Untuk dapat mendeteksinya, lanjut Dr Agung, pemeriksaan halal dapat difokuskan pada Displacement Loop dari mtDNA karena di area itulah terdapat mutasi dan polimorfisme (variasi spesies). Menurutnya, pemeriksaan menggunakan Displacement Loop mtDNA akan menunjukkan hasil yang lebih konsisten daripada menggunakan sitokrom B.

    Berbeda dari topik sebelumnya yang mengangkat isu bahan baku halal, topik kedua adalah “Halal Tourisme: Kekuatan Industri Halal Indonesia”. Salah satu pematerinya ialah Dr Ririn Tri Ratnasari SE M Si, Ketua Center for Halal Industry and Digitalization (CHID) yang mengusung tema ‘Pengaruh Atribut Destinasi, Kualitas berdasarkan Pengalaman, Kepuasan dan Niat Berperilaku Turis: Studi Empiris Kawasan Wisata Halal di Provinsi Sumatera Barat’.

    “Halal tourism adalah tindakan wisata yang diperbolehkan menurut ajaran Islam untuk memenuhi kebutuhan wisatawan muslim dan mendapat keramahan muslim di suatu destinasi. Wisata halal ini mengembangkan pariwisata Indonesia yang dapat menjunjung tinggi nilai-nilai Islam tanpa menghilangkan keunikan dan orisinalitas daerah, khususnya di Sumatera Barat, ” ujar Dr Ririn.

    Berdasarkan studi empiris yang dilakukan, responden menyatakan bahwa akses destinasi halal yang juga menarik dengan berbagai sejarah di Sumatera Barat terbuka luas sehingga ada kenyamanan dan kepuasan yang diperoleh.

    Menurut Dosen Ekonomi Islam FEB UNAIR itu, perlu adanya lagi dorongan Artificial Intelligence (AI) pada halal tourism yang dapat menjangkau lebih banyak generasi muda. Puncaknya, ia juga menekankan bahwa kolaborasi antara berbagai bidang di halal industri juga penting untuk dapat mencapai halal supply chain melalui AI tadi. Hasilnya, jaringan ekspor produk halal bisa dapat disebarluaskan hingga mancanegara.

    Penulis: Leivina Ariani Sugiharto Putri

    Editor: Nuri Hermawan

    surabaya
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Mahasiswa FIB UB Gelar Pameran Iling-Iling...

    Artikel Berikutnya

    KKN ITS Kembangkan Ekonomi Lokal Kopi Tosari...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Mengapa Finlandia dan Denmark Lebih Bahagia Daripada Amerika Serikat
    Hana Rawhiti Maipi-Clarke: Anak Muda yang Mengguncang Parlemen Selandia Baru
    Hendri Kampai: Rapat Kerja dengan Jaksa Agung RI, Komisi III DPR RI Makin Menyala
    Peduli Iingkungan, Panglima TNI Tanam Pohon dan Tebar Benih Ikan di Area Mabes TNI

    Ikuti Kami