Evaluasi Pembelajaran Daring Selama Pandemi Covid-19

    Evaluasi Pembelajaran Daring Selama Pandemi Covid-19
    Foto oleh UOL

    SURABAYA - Pembelajaran daring semakin menempati peran penting untuk beradaptasi selama kondisi pandemi covid-19.  Hal ini untuk menjamin capaian pembelajaran benar-benar terealisasi meskipun pada kondisi yang berbeda dengan sebelumnya. Masifikasi proses pembelajaran daring telah dirasakan oleh sivitas akademika hampir diseluruh negara di dunia. Hal ini juga terjadi pada proses pembelajaran daring di Universitas Airlangga yang telah menjadi kebijakan khusus saat pandemi covid-19.

    Data pada bulan maret 2020 (sebelum pandemi) menunjukkan bahwa persentase matakuliah yang aktif menggunakan e-learning hanya sebesar 33.5% kemudian naik drastis pada bulan April 2020 (saat pandemi) menjadi 65.9%. Data ini merupakan persentase rata-rata yang diambil dari seluruh fakultas dan departemen yang ada di Universitas Airlangga.

    Di Fakultas Vokasi justru kenaikannya lebih tinggi dari Universitas Airlangga. Data pada bulan maret 2020 (sebelum pandemi) menunjukkan bahwa prosentasi matakuliah yang aktif menggunakan metode pembelajaran daring hanya sebesar 34.8% kemudian naik drastis pada bulan April 2020 (saat pandemi) menjadi 70.2%. Hal ini menunjukkan bahwa aktifitas pembelajaran daring mengalami kenaikan sebesar 35.4%.

    Mengembangkan system pembelajarran daring telah dikembangkan secara simultan oleh banyak universitas dan lembaga pendidikan. Salah satu sistem pembelajaran daring atau Learning Management System (LMS) yang dimiliki dan dikembangkan Universitas Airlangga adalah Airlangga University e-Learning Application (AULA). Platform ini telah dikembangkan sejak 2008 yang merupakan integrasi antara cloud computing dengan sistem platform e-learning.

    Sebelum pandemi covid-19, AULA hanya dijadikan alternatif dosen yang tidak dapat hadir secara fisik di dalam kelas dalam proses pembelajaran. Sejak bulan Maret 2020 atau pada pertengahan semester genap 2019/2020 seluruh aktifitas pembelajaran dilaksanakan secara daring. Kondisi ini sesuai dengan kebijakan pemerintah dan kampus agar seluruh aktifitas dosen, mahasiswa, dan karyawan dikerjakan dari rumah atau Work from Home (WFH) sebagai konsekuensi merebaknya pandemi covid-19.

    Sistem pembelajaran daring di dalam AULA harus memenuhi tiga aspek utama yaitu D-I-A:

    1. Delivery (penyampaian materi pembelajaran),

    2. Interactive (Aktifitas diskusi),

    3. Assessment (Proses evaluasi Pembelajaran).

    Aspek ini yang digunakan untuk mengukur capaian pembelajaran mahasiswa yang telah mengikuti aktifitas pembelajaran daring. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis bagaimana persepsi mahasiswa Fakultas Vokasi tentang kepuasan mereka setelah mengikuti pembelajaran daring baik pada kelas teori maupun praktek sebagai ciri khas pendidikan vokasi. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang diisi secara daring oleh mahasiswa.

    Portal AULA yang merupakan LMS resmi untuk e-learning di Universitas Airlangga tetap menjadi komponen penting sebagai media pembelajaran daring bagi mahasiswa Fakultas Vokasi. AULA dianggap sebagai integrasi antara cloud computing dan platform e-learning yang memungkinkan pendistribusian materi, interaksi, dan penilaian.

    Namun, pada saat yang sama, layanan web yang disediakan melalui internet juga merupakan komponen penting dalam e-learning mahasiswa. Layanan web seperti Whatsapp, Facebook, pencarian Google, Zoom dan Google Meet adalah beberapa layanan umum untuk publik yang disediakan melalui cloud computing yang masih digunakan sebagai alternative pendukung AULA.

    Gagasan untuk memfasilitasi perkuliahan praktikum secara daring dengan mengembangan Visrtual Laboratory (V-Lab) pada platform AULA.  Virtual laboratory merupakan sistem yang dapat digunakan untuk mendukung sistem praktikum yang berjalan secara konvensional. V-Lab dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melaksanakan praktikum secara virtual. Pengembangan V-Lab telah menjadi perhatian bagi banyak pihak untuk dikembangkan bersamaan dengan sistem pendidikan vokasional.

    Hasil temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan kelas praktikum secara daring masih belum bisa mengakomodir kepentingan mahasiswa terkait penguasaan keterampilan secara penuh. Pada kelas praktikum peran dosen dianggap masih sebatas sebagai pengajar, bukan instruktur. Terlepas dari dikotomi tersebut, kombinasi antara vocational education and training dengan e-learning pada saat pandemi dianggap sebagai satu-satunya pilihan paling logis. Hal ini dikarenakan tujuan pembelajaran hanya bisa dicapai menggunakan metode ini dibandingkan dengan harus tatap muka saat pandemi covid-19.

    Catatan pentingnya adalah institusi diharapkan mampu mengembangkan infrastruktur platform e-learning secara berkelanjutan untuk mengevaluasi dan merevisi program pembelajaran jarak jauh khususnya pada kelas praktikum sebagai penciri pendidikan vokasional.

    Penulis: M. Nilzam Aly, dkk

    Surabaya 24 Juli 2022.

    surabaya
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Abmas ITS Dampingi UMKM Desa Maksimalkan...

    Artikel Berikutnya

    KKN ITS Kembangkan Ekonomi Lokal Kopi Tosari...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Mengapa Finlandia dan Denmark Lebih Bahagia Daripada Amerika Serikat
    Hana Rawhiti Maipi-Clarke: Anak Muda yang Mengguncang Parlemen Selandia Baru
    Hendri Kampai: Rapat Kerja dengan Jaksa Agung RI, Komisi III DPR RI Makin Menyala
    Peduli Iingkungan, Panglima TNI Tanam Pohon dan Tebar Benih Ikan di Area Mabes TNI

    Ikuti Kami